Postingan

BADAI

Cahaya Islami Radisti   Binar matanya mulai redup. Senyumnya tidak pernah sampai ke mata. Bahkan tawanya terasa hambar.   Ia kehilangan dirinya sendiri. Duka hampir membunuh jiwanya yang sekarat. Kesedihan seolah memeluknya begitu erat, Hingga membuat warnanya yang cerah berubah suram.   Hai tuan, Hadirmu bagaikan badai. Datang hanya sekejap, Namun berhasil memporak-porandakan nasib hidup seseorang.                   Aku bukan lah laki-laki yang beruntung, aku berasal dari keluarga yang berantakan. Sedari kecil aku selalu sendiri, tidak memiliki teman apalagi sahabat. Ibuku memiliki pekerjaan yang sangat buruk, ia menjual diri untuk bisa mendapatkan apa yang dia inginkan. Ayahku? Sudah mati 2 tahun yang lalu. ia bunuh diri karena stress, hutangnya ada dimana-mana. Dan kini, akulah yang harus membayar hutang-hutangnya. Oh iya, aku memiliki adik perempuan, saat ini ia baru berusia 4...

PENGAKUAN ADAM

Semalam aku bermimpi sesuatu yang aneh, padahal aku tidur dengan baik seperti mencuci tangan, membilas kaki dan menggosok gigi dengan bersih sebelum bertamasya di alam mimpi. Tidak lupa aku selalu membersihkan dan merapikan beberapa selimut serta bantal-bantal tidurku. Aku tak bermain handphone sebelum tidur, aku hanya mengecek dan mengingat-ingat beberapa tugas dan deadline yang harus kukerjakan. Untungnya semua tugasku itu selesai tepat pada waktunya, maksudku selesai tepat sebelum deadline datang. Seperti biasa aku memutar musik favorit sebelum tidur sebagai pengantar tidur, terasa begitu cepat aku masuk ke dalam alam mimpi malam itu. Malam itu terasa aneh, udara begitu sejuk dan sepoi menenangkan. Sepoinya mampu menghantarku ke haribaan mimpi, mimpi yang begitu aneh aku melihat seorang manusia menyendiri di antara rimbunnya tanaman bunga. Tempatnya begitu indah, katanya ini adalah firdaus, namun ini begitu putih, hanya beberapa tanaman yang begitu rimbun namun tertutup sejenis k...

Terbit

Di mangsit telah lahir Dada yang mendamba resah Kepala yang merakit luka Dan hati yang menjahit rindu Di tepi tebing yang melekat jingga khas mentari terbenam Terbit sebuah rela berujung pilu yang menjalar di sepanjang jalan bebukitan mangsit Bibir kelu Tak ada bianglala yang menemani senja  Hanya ada bebatuan bisu tanpa deburan ombak yang berbisik meringkuk memberitakan kasih dan sayang yang terlalu pilu Padahal hujan rintik-rintik kala itu Mangsit, 2022

Mengapa ada hujan tengah malam begini ?

Mengapa ada hujan tengah malam begini?Apakah tangis belum usai semalam suntuk ?Atau rindu yang menggenang sehabis bertemu tak di serap akar pohon itu ? Atau mungkin jalan-jalan lupa menyapu daun yang jatuh sehabis gugur tadi malam ?Tengah malam, bukan awan yang merintik-rintik Hanya bekas hujan yang berenang di kamarku Terus terkikis, berlapis-lapis, sampai di tampi jaring-jaring penampi milik ibuku Lalu kuminum lewat mataku, terasa perih, bergelinang, tak tahan, aku memeluk hujan di tengah malam, lalu pergi untuk tidur Terasa nyenyak, tidur di tengah hujan tengah malam Bersedu-sedan dalam hati, perempuanku tak menghujaniku hujan tengah malamnya Mengapa ada hujan tengah malam begini?Barangkali ada nenek-nenek yang menyerupai hujan lalu mengutuk bulan menjadi pagi Lalu aku bangun dalam dekapan hujan tengah malam Lebatnya pun berhenti Aku keluar Melihat pelangi Menjadi merah kelabu Mengapa ada hujan tengah malam begini ?Barangkali rindu sedang lebat di luar rumah Di taman-taman seberang ...

Semua Itu Berujung Pergi

Semua itu berujung pergi Mungkin hari ini esok atau nanti Kepergian terkadang tidak berpamitan Menyalakan raut ceria atau memadamkan gelak tawa Kepergian tidak pernah tertebak rasa Tidak pernah tertahan oleh ucap kata Tidak pernah tertiup kenang kita Di kota jalan-jalan setapak rimba-rimba tanpa nama akan pergi tanpa tahu arti mati Ingatan-ingatan berjalan silih berganti dengan derai air kecil sambil menyeka pipi Semua ini berujung pergi Entah itu kenang rasa kasih dan sayang Bau jalanan tempat singgah bau taman-taman bermain bau kecil darimu asap-asap motor pergi bersamaan dengan langkah kaki penuh harap akan kembali Lalu menutup kenang dalam diam paling dalam Tidak perlu mencemaskan kepergian Semua itu indah dengan sebuah keikhlasan 11 Juni 2022

Pudar

Dari jauh aku melihat kemilau ia seperti hujan di tengah kekeringan indah bak Mentari di ujung kemarau menderukan rasa di tengah penantian Dari jauh aku melihat sinar aneh menyilau hati memandang seksama seperti pasukan yang siap untuk memanah merayakan duka cita atas hati yang teraniaya Dari jauh aku melihat balon pesta mengambang tidak mengerti arah tampak kecil kehabisan udara Lelah menahan rasa yang tidak terarah Dari jauh lorong kecil di hatiku aku mengira itu adalah kau pujaan hati menangis sedih meratap rindu dan kini balon itu menyusut dibawa angin lalu mati Gunungsari, 2021 Dikutip dari buku "Antologi Puisi Cinta dan Rindu" salah satu puisi karya kami

Jejak

D isaat aku menatap langit Aku menemukan wajahmu di sela-sela awan Lalu menunduk sejenak Merasakan silir angin yang membajak     Sepi tanpa suara yang menemani Jalan tandus tanpa jejak kaki Hanya rindu yang menjejaki Di tanah kering tak berarti   Menilik tanah kering itu Seperti ada pada diri Rasa rapuh di telan sayu Disaat pelangi terindah itu pergi   Wahai silir angin Walaupun perlahan Sampaikan rinduku Pada dia yang telah berlalu   Mataram, 2022 Dikutip dari buku "Antologi puisi Cinta dan Rindu" salah satu puisi karya Kami